VALIDITAS dan RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN

Mata kuliah Metode Penelitian Sosial


Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka dia harus menggunakan timbangan. Timbangan adalah alat pengukur yang valid bila dipakai untuk mengukur berat, karena timbangan memang mengukur berat. Bila panjang suatu benda yang ingin diukur, maka dia harus menggunakan meteran. Meteran adalah alat pengukur yang valid bilamana digunakan untuk mengukur panjang. Tetapi timbangan bukanlah alat pengukur valid bilamana digunakan untuk mengukur panjang, dan begitupun sebaliknya. Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.


Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneiti menggunakan kuesioner didalam pengumpulan data penelitian, mak kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpulkan adalah data yang valid. Hal-hal yang mengurangi validitas data diantaranya adlah apakah si pewawancara yang mengumpulkan data betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuesioner. Salain itu validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancara.
  1. Jenis Validitas
Validitas menurut pendapat beberapa ahli:

  1. Validitas konstruk (Construct validity)
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Untuk mencari konsep dapat ditempuh dengan berbagai cara yaitu,
  • Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur. Kalau sekiranya sudah ada definisi yang jelas dan cukup operasional untuk dijadikan dasar penyusunan alat pengukur, maka definisi tersebut sudah dapat langsung dipakai untuk menyusun pertanyaan dalam keusioner. Tetapi bila definisi tersebut harus dijabarkan lebih lanjut agar lebih operasional dan dapat dijadikan dasar penyusunan pertanyaan dalam kuesioner.
  • Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk membantu penyusunan definisi dan mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasi onal, peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan ahli-ahli yang kompeten di bidang konsep yang akan diukur. Kemudian pendapat para ahli dan pendapat peneliti, dicari kesamaannya. Berdasarkan kesamaan pendapat itu, kemudian disusun kerangka konsep yang dapat diwujudkan berupa pertanyaan yang akan dimasukkan ke dalam alat pengukur.
  • Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden. Misalnya peneliti ingin mengukur konsep religiusitas, menurut Glock dan Stark (1968) untuk mengetahui kadar religiusitas individu dapat dipakai kerangka berikut ini :

  1. Keterlibatan ritual (Ritual Involivement)
Tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka.
  1. Keterlibatan ideologis (Ideological involvement)
Tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing.
  1. Keterlibatan intelektual (Intelectual involvement)
Yang menggambarkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya.
  1. Keterlibatan pengalaman (Experential involvement)
Yang menunjukan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan.
  1. Keterlibatan secara konsekuen (Consequential involvement)
Tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya.


Kalau sekiranya tidak semua komponen tersebut konsisten antara satu dengan yang lainnya, maka komponen yang tidak konsisten tersebut bukanlah merupakan komponen yang valid dari suatu konsep.

  1. Validitas Isi (content validity)
Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.


  1. Validitas Prediktif (predictive validity)
Validitas ini memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Misalnya dalam upaya peningkatan pemakaian alat kontrasepsi, seringkali diteliti sikap para calon pemakai terhadpa jenis alat kontrasepsi. Dengan pengukuran sikap ini dapat diketahui jenis kontrasepsi apa yang disukai. Dengan adanya informasi ini dapatlah desediakan berbagai jenis kontrasepsi. Bila ternyata pilihan jenis kontrsepsi pada umumnya sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam pengukuran sikap, maka alat pengukur sikap tersebut memiliki nilai prediktif.

  1. Validitas Eksternal (external validity)
Validitas eksternal merupakan validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolok ukur eksternal, yang berupa alat ukur yang sudah valid.


  1. Validitas Rupa (Face validity)
Validitas rupa adalah jenis validitas yang tidak menunjukan apakah alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur, validitas rupa hanya menunjukkan bahwa dari segi rupanya suatu alat pengukur tampaknya mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian survai, validitas rupa suatu alat pengukur bukanlah hal yang menjadi masalah penting. Hal ini disebabkan dalam penelitian survai alat ukur yang dipakai biasanya kuesioner yang tujuannya untuk mencari fakta, bukannya untuk mengukur kemampuan seseorang dalam aspek tertentu, seperti tingkat kecerdasan, bakat dan ketrampilan.

  1. Validitas Budaya (Culture validity)
Validitas ini penting bagi penelitian di negara yang suku bangsanya sangat bervariasi. Selain itu penelitian yang dilakukan sekaligus di beberapa negara dengan alat ukur yang sama, juga akan menghadapi problem validitas budaya. Misalnya di Indonesia, alat yang sudah valid bagi masyarakat Jawa belum tentu valid untuk masyarakat Bugis. Karena itu di dalam menyusun suatu alat pengukur, responden dari suku yang akan diteliti harus dipakai di dalam melakukan uji coba alat ukur tersebut. Dengan demikian dapatlah diketahui apakah alat ukur tersebut valid untuk responden dari suku yang akan diteliti.


  1. Cara Menguji Validitas
Contoh yang akan disajikan disini adalah contoh penyusunan skala pengukur sikap terhadap ‘nilai anak’ (value of children).


  1. Langkah pertama
Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur. Cara menentukan konstruk adalah sebagai berikut :
  1. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan dikukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur.
  2. Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, maka tugas penelitianlah untuk membuat definisi dan rumusan-rumusan konsep tersebut.
  3. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur.

Dalam contoh berikut mengacu pada rumusan yang diajukan oleh Arnold dan Fawcett (1975). Menurut mereka dengan memiliki anak, orangtua akan memperoleh hal-hal yang menguntungkan atau hal-hal yang merugikan. Hal ini dapat di golongkan dalam empat kelompok nilai, yaitu nilai postif, nilai negatif, nilai keluarga besar dan nilai keluarga kecil. Dan selanjutnya hal-hal tersebut akan diuraikan satu persatu, misalnya nilai postif yang menguntungkan karena memiliki anak yaitu,
  • keuntungan emosional
  • keuntungan ekonomi dan rasa aman
  • pengayaan dan pengembangan diri
  • identifikasi pada anak
  • kemsesraan keluarga dan keutuhan pernikahan.
Dari keuntungan-keuntungan tersebut akan dijabarkan ke dalam pertanyaan atau pernyataan yang lebih operasional. Pertanyaan/pernyataan inilah yang akan menjadi komponen skala pengukur. Berikut adalah contoh dari keuntungan emosional dalam nilai positif memiliki anak.
Keuntungan emosional adalah keuntungan yang diperoleh oleh orang tua yang berupa rasa senang, rasa cinta, rasa damai, karena kehadiran anak. Pernyataan dalam skala pengukurnya adalah seperti berikut:
  • orang yang tidak mempunyai anak tidak akan dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
  • Orang yang memiliki anak tidak akan kesepian di dalam hidupnya.
  • Kehadiran anak-anak membuat suasana rumah lebih meriah.

  1. Langkah kedua
Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden. Responden diminta untk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju dengan masing-masing pernyataan. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk diuji coba minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini maka distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurve normal. Asumsi kurve normal ini sangat diperlukan di dalam perhitungan statistik.


  1. Langkah ketiga
Mempersiapkan tebel tabulasi jawaban. Untuk sekedar ilustrasi, misalnya ada 10 pertanyaan yang dipakai di dalam skala pengukur dan 10 responden yang menjawab.


  1. Langkah keempat
Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi ‘product moment’ yang rumusannya sebagai berikut:


Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pada hakikatnya setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Tetapi untuk mengukur fenomena sosial seperti sikap, opini dan persepsi, pengukuran yang konsisten agak sulit untuk dicapai, oleh karena itu selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran (measurement error).
Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi antara hasil pengukuran yang sesungguhnya ditambah dengan kesalahan pengukuran.
Teknik perhitungan reliabilitas
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas, yakni :
  • Teknik pengukuran ulang
Dalam teknik ini kita harus meminta responden yang sama agar menjawab semua pertanyaan dalam alat pengukur sebanyak dua kali. Selang waktu anatara pengukuran pertama dan kedua sebaiknya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Selang waktu antar 15-30 hari pada umumnya dianggap memenuhi persyaratan tersebut.
Teknik ini menggunakan teknik korelasi product moment, misalnya pengukuran terhadap persepsi orang tua tentang nilai anak seperti yang telah disusun diatas tadi. Hasil pengukuran pertama dan kedua distribusinya adalah sebagai berikut.


TABEL – Tabulasi skor pengukuran
Responden
Pengukuran I
Pengukuran II
a
45
45
b
45
42
c
39
40
d
38
38
e
34
32
f
21
20
g
26
24
h
16
17
i
40
41
j
24
24

Selanjutnya hasil pengukuran I dikorelasikan dengan pengukuran II dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Pengukuran I disebut X dan pengukuran kedua disebut Y.

  • Teknik belahdua
  1. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan jadi satu dan item yang tidak valid dibuang.
  2. Membagi item-iten yang valid menjadi dua belahan.
  3. Skor masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan
  4. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
  5. Kareana angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah, seperti teknik pengukuran ulang. Karena itu harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah.

Rumus mencari reliabilitas untuk keseluruhan item.
r. tot =
r. tot : angka reliabilitas keseluruhan item
r. tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

  • Teknik paralel (equivalent form/alternative form)
Pada teknik ini perhitungan reliabilitas dilakukan dengan membuat dua jenis alat pengukur yang mengukur aspek yang sama. Untuk menghitung reliabilitas perlu mengkorelasikan skor total dari kedua jenis alat pengukur tersebut. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi product moment.

Komentar